“Masa kecil adalah masa yang paling indah, dimana masalah terbesar
hanyalah PR Matematika.”
Aku lahir
dari keluarga sederhana. Ibu dan bapakku orang biasa yang bekerja sebagai
wiraswasta. Kehidupan kecilku tidak ada yang istimewa, sama seperti kebanyakan
anak-anak lain yang lebih suka bermain ketimbang duduk di rumah sembari
belajar. Anak jaman now pun juga pasti begitu. Hehe...
Hanya
saja pada zaman-ku dulu, kebersamaan dan kehangatan ketika bersama kawan-kawan
lebih terasa. Permainan yang kami mainkan juga masih tradisional seperti Lompat
tali, petak umpet, bola pingpong, bola bekel dan lain-lain. Yang paling seru
saat main masak-masakan apalagi mainnya di tengah pepohonan atau di pinggir
kali karena banyak sekali tanaman liar yang bisa dijadikan bahan masakan. Aahhh,,,
masa kecilku yang sederhana namun istimewa. Jika diingat-ingat ada beberapa
kenangan masa kecilku yang masih membekas sampai sekarang. Apakah itu? Mari simak!
1. Dibilang Anak Pungut.
Ingat sekali, hampir semua orang mengatakan padaku bahwa aku adalah
anak pungut. Penyebabnya sepele, karena kulitku hitam dan kondisi rambutku yang
buruk. Lurus tapi mengembang dengan warna kemerahan, layaknya rambut singa-lah.
Sementara ibuku memiliki warna kulit kuning langsat. Sedihnya adalah, mereka
bilang aku ditemukan di kali samping rumah karena aku dibuang oleh orang tua
asliku, ditemukan ibu bapak hingga
akhirnya dirawat. Saking seringnya orang-orang berkata kepadaku, aku
mempercayainya. Tak jarang aku menangis ketika mendengar orang-orang berkata
bahwa aku adalah anak pungut. Padahal nyatanya aku adalah anak kandung. J
2. Hujan-Hujanan Bareng Bapak.
Ini menjadi kenangan yang tak akan terlupakan. Ketika musim hujan,
betapa sering bapak hujan-hujanan ke sekolah untuk menjemputku. Dulu,
transportasi sangat jarang. Ada tapi hanya satu dua orang yang punya, biasanya
mereka yang punya uang lebih atau sebut saja orang kaya. Tapi karna keluarga kami
pas-pasan, belum memiliki kendaraan kala itu jadiah tiap hujan turun dan aku
masih di sekolah bapak datang menjemput dengan membawakanku payung sementara ia
sendiri basah kuyup karena menerjang hujan. Bukan sekali, tapi berkali-kali.
Jika diijinkan, aku juga ikut hujan-hujanan menikmati setiap aliran
air yang menyentuh kaki. Kebetulan ada sungai yang tidak terlalu besar di
jalanan yang menghubungkan rumahku dengan sekolah. Jika hujan deras biasanya
airnya melimpah, dan betapa bahagianya aku karena di setiap jalan setapak yang
kulewati terdapat aliran air. Percayalah, kenangan ini selalu ingin aku ulang
hingga sekarang tapi apa daya, kondisinya sudah berbeda.
3 3. Dimarahi Ibu Gara-Gara Uang Tabungan.
Saat aku masih di Sekolah Dasar (SD), setiap akan berangkat sekolah
ibu selalu memberi uang lebih untuk aku tabung. Biasanya uang tabungan tidak
boleh diambil hingga kenaikan kelas. Ketika tiba masa pembagian uang tabungan,
ibu guru mengabsen kami satu persatu dan memberikan uang tabungan kami selama
satu tahun. Kala itu, uang tersebut dimasukkan ke dalam wadah plastik berserta
buku tabungannya, sebagai pengaman agar uang tidak bercecer kemana-mana.
Di perjalanan pulang, aku membuka plastiknya dan mengeluarkan uang
di dalamnya. Tidak ada maksud lain, hanya ingin melihat seberapa banyak uang
yang ku punya. Aku bahkan tidak tahu berapa jumlahnya. Setelah melihat
kumasukkan lagi ke plastiknya.
Sampai rumah, ibu menyambut dengan rona wajah bahagia mengingat
sebentar lagi tabunganku akan menjadi hak miliknya. Namun tiba-tiba ia murka. Pasalnya
uang tabunganku minus 50 ribu, jumlah di buku tabungan dan uang yang ia pegang
tidak sama. Aku dimarahi habis-habisan bahkan sampai dipukul menggunakan sapu. Disangkanya
uang 50 ribu itu, aku yang mengambilnya. Aku menyangkal sembari menangis, namun
ibu tetap tidak percaya.
Akhirnya ia memutuskan untuk menyisir jalanan yang ku lewati
sepulang sekolah tadi. Ternyata, uang 50 ribu itu melambai tertiup angin di
tengah rerumputan. Ibu menyesal karena telah menuduhku mengambilnya. Namun di
tengah sesenggukan yang masih terdengar, aku menyesal kenapa plastik uang
tabunganku harus ku buka di jalan tadi?
4. Dikerubuti Semut Gara-Gara Cemilan.
Hampir semua anak kecil pasti suka ngemil kan, tapi tingkat
ngemilku benar-benar parah. Aku pernah punya pengalaman lucu. Jadi karena aku
suka ngemil dan aku sering dimarahi kalau ketauan orang tua, akhirnya aku punya
ide menyimpan cemilan di lemari kasurku. Malam-malam sebelum tidur, aku makan cemilan
yang ku simpan sebelumnya, lepas ngemil bungkusnya aku taruh juga di sana.
Hingga suatu malam, aku terbangun karena badanku bentol dan gatal. Aku
dikerubuti semuuut. Pasti udah tau dong ya, itu semut kemana tujuannya. Yap betul,
mereka menuju lemari tempat aku menyimpan beberapa cemilan. Gara-gara kejadian
itu, aku ketauan orang tuaku dan pengawasan mereka terhadapku semakin ketat. Huhu...
5. Lari Dari Dekapan Dokter.
Namanya anak kecil, paling acuh kalau disuruh menjaga kebersihan
diri salah satunya adalah sikat gigi. Aku mulai rajin sikat gigi sejak kelas 5
SD, syukurnya kondisi gigiku masih terbilang bagus hanya ada dua gigi yang
berlubang yaitu di sebelah kanan gigi atasku yang berlubang dan di sebelah kiri
gigi bawahku yang berlubang. Selebihnya semua bagus, meski tak seputih macam
iklan pepsodent. Hehe..
Walaupun tak banyak, namanya gigi berlubang pasti akan sakit pada
waktunya. Benarlah, saat duduk di kelas 6 SD aku mulai sering dilanda sakit
gigi. Ini seperti memiliki mimpi terburuk dalam hidup. Sekali dua kali, diatasi
dengan meminum obat. Lama kelamaan karena tidak tahan, aku dibawa ke dokter
gigi. Gigiku akan dicabut. TIDAAAKK!!!
Bagai dibawa ke mulut harimau, aku takut bukan kepalang. Tapi aku
bisa apa, hanya pasrah dan menurut saja. Gusi sudah disuntik dan aku merasa
pipiku membesar seperti akan meletus meski kenyataannya tidak ada yang berubah.
Aku duduk antri menunggu giliran, sesekali pak dokter melihat dan tersenyum
padaku seperti ingin menenangkan rasa takutku. Hingga giliranku tiba setelah
seorang bapak paruh baya yang duduk di sebelahku masuk ke ruangan dokter untuk
dicabut giginya.
Entah apa yang terjadi, dari balik tirai ruangan pak dokter aku
melihat bapak paruh baya itu menggoyangkan kaki seperti ekspresi meronta karena
sakit. Seketika aku lari meninggalkan ruangan. Sembari menangis di halaman
rumah sakit, aku meronta ingin pulang. Aku ketakutan dan menolak mencabut gigiku.
Meski beberapa tahun kemudian, gigi ku tetap ku cabut karena sering sakit gigi.
Namun tidak dengan orang tua dan tidak dengan dokter yang sama.
So, itu dia beberapa kenangan kecilku yang masih membekas di hatiku
hingga sekarang. Ladies, Bagian mana yang menjadi favoritmu?
Nantikan kenangan masa kecilku #Part2 yah.. See you..
Find Me On:
IG: @lelyyrahmaa_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar